UNSUR PERS MILIKI ANDIL TENGGELAMKAN KETOKOHAN LASMININGRAT

Garut, (10/4).

     Pemerhati sejarah dan budaya di kabupaten Garut, Deddy Efendie, TP.M.Hs(55) menyatakan, salah satu unsur pers nasional dinilai memiliki andil menenggelamkan ketokohan Raden Ajoe (RA) Lasminingrat.

    Ketokohan pendidikan RA Lasminingrat itu, selalu diabaikan sejak jaman, R Mas Tirto Adisoerjo selaku tokoh pers nasional (1904), yang saat itu Redaktur Kepala Soenda Berita, Putri Hindia serta Medan Priayi, tegas Deddy Efendie saat ditemui disela pemutaran film dokumenter arsip nasional, di gedung Pendopo kabupaten setempat, Sabtu.

    Dari seluruh tulisannya terutama yang dimuat Soenda Berita, edisi nomor. 20, 21. 22 dan 23 tahun 1904, sama sekali tidak menyebutkan ketokohan RA Lasminingrat, melainkan hanya banyak menonjolkan RA Kartini serta sekilas tentang tokoh pendidikan Rd Dewi Sartika.

    Padahal Lasminingrat yang lahir di Garut 1843 merupakan inspirator bagi pergerakan RA Kartini dan Rd Dewi Sartika, jauh pula sebelum Kartini menulis surat-suratnya yang kemudian dibukukan menjadi "Door duisternistot Licht" (Dari Gelap Terbitlah Terang), jauh pula sebelum RD. Dewi Sartika mendirikan Sekolah Keutamaan Istri.

    Namun hingga saat ini, masih misteri motip salah satu tokoh pers nasional tersebut tak pernah mendokumentasikan ketokohan RA Lasminingrat ini, ungkap Dedie Efendie yang mengaku memiliki bukti sejarah tentang tulisan-tulisan R Mas Tirto Adisoerjo.

   Ditemui terpisah pakar hukum dan dosen pasca sarjana Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran (UNPAD) Bandung, Dr Hj. Antje Mariana Ma'mun, SH mengemukakan, Lasminingrat diyakininya sebagai inspirator bagi RA Kartini dan Rd. Dewi Sartika.

    Menurut keturunan kelima RA Lasminingrat itu, Lasminingrat merupakan intelektual perempuan pertama di Indonesia yang sangat tinggi jasanya terhadap dunia pendidikan khususnya bagi kaum perempuan, karena selain mengajarkan pendidikan formal, juga menjahit, memasak serta etika budi pekerti.

    Ketokohan Lasminingrat memberantas kebodohan dan kedunguan kaum perempuan, jauh sebelum mantan Sekjen PBB, Kofi Annan menyatakan "mendidik seorang laki-laki hanya membangun seorang, namun mendidik seorang perempuan membangun satu generasi", ungkap Antje Mariana Ma'mun.

    Dia berharap pemerintah bisa mengangkat RA Lasminingrat sebagai pahlawan nasional sebagai tokoh pendidikan pertama di Indonesia, sebagaimana RA Kartini sebagai tokoh emansipasi dan Rd Dewi Sartika sebagai Pahlawan Pendidikan, karena Lasminingrat lah yang memberikan dorongan langsung kepada Rd Dewi Sartika.

    Selain itu juga diharapkan bisa segera dilakukannya pemugaran makam RA Lasmingrat, yang terletak di belakang masjid Agung Garut, imbuh Antje Mariana Ma'mun.

      Sementara itu, produser film Safana yang melakukan pengambilan gambar berlatar panorama Garut, Aldo Bamar menyatakan bersyukur bisa mengetahui ketokohan Lasminingrat bahkan sangat terharu saat menyaksikan film dokumenter milik arsip nasional, mengenai langkah dan jejak Lasminingrat membangun dunia pendidikan. ****   (John). 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar