215.720 Warga Garut Belum Nikmati Penerangan Listrik


Garut  News, ( Sabtu, 30/4 ).

       Meski Garut, memiliki potensi geothermal (panasbumi), yang bisa memasok interkoneksi energi  listrik  Jawa, Madura dan Bali, tetapi hingga kini sekurangnya 215.720 warga setempat atau 43.144 KK, masih belum menikmati penerangan listrik. 

Ny. Rani Terus Perjuangkan Lasminingrat Jadi Pahlawan Nasional


Garut  News, ( Sabtu, 30/4 ).

       Ketua Konsorsium Gerakan Rela Peduli Untuk Mereka, Ny. Rani Diky Chandra hingga kini terus berupaya memperjuangkan Raden Ajoe (RA) Lasminingrat bisa menjadi Pahlawan Nasional.

“HPHA” Selenggarakan Cimanuk Hejo, Peringati Hari Bumi


Garut  News, ( Sabtu, 30/4 ).
       Himpunan Pelestarian Hutan Andalan (HPHA) Kabupaten Garut, selenggarakan Cimanuk Hejo, memperingati hari bumi 2011 di wilayah Sub Terminal Agribisnis (STA), Cibeureum-Sasak Beusi Andir, Minggu (1/5). 

Nikmatnya Shalat Jum’at di Masjid Ja’mi Kampung Dukuh

( Oleh  John  Doddy  Hidayat )

        Melaksanakan shalat Jum’at di Masjid Ja’mi Kampung Dukuh Desa Cijambe Kecamatan Cikelet, sekitar 140 km arah selatan dari pusat Kota Garut, Jawa Barat, ternyata luar biasa nikmatnya.
       
       Selain imam serta khatibnya, pupuhu maupun ketua adat warga tradisional itu, Uluk Lukman(66), juga suasananya sangat alami menyusul masjid berkapasitas 100 jemaah tersebut, seluruhnya berkonstruksi kayu, berdinding anyaman bambu serta beratap injuk.
       
       Sedangkan lantai masjid panggungnya berupa palupuh maupun bilah bambu, yang dilapisi sajadah, penulis pun shalat Jum’at antara lain bersama kerabat kerja Trans TV serta sejumlah mahasiswa ITB, yang tengah melakukan penelitian ilmiah.
        
       Juga berbaur dengan masyarakat adat  yang bermukim pada areal seluas 10 hektare, yang selama ini mereka pun menempati 42 rumah adat, 

       Terdiri 40 KK atau 172 penduduk Kampung Dukuh Dalam, serta 70 KK warga Kampung Dukuh Luar, bermata pencaharian utama bertani, beternak ayam, bebek, kambing, domba, kerbau, ikan dan penggilingan padi manual.

       Keunikan yang dimilikinya, berupa keseragaman struktur dan bentuk arsitektur bangunan pemukiman masyarakat, terdiri beberapa puluh rumah tersusun pada kemiringan tanah bertingkat, setiap tingkatan terdapat sederetan rumah membujur dari barat ke timur.

       Kearifan lokal warga Kampung Adat Dukuh di Kecamatan Cikelet, sejak ratusan hingga ribuan tahun lalu memiliki “Leueweung” (hutan) tutupan , cadangan serta hutan titipan dan garapan.
       Perkampungan ini berada di kaki hutan tersebut, yang senantiasa di jaga dan dirawat sepanjang masa, meski kawasan mereka juga dikepung hutan produksi milik Perum Perhutani KPH Garut, yang saat ini memiliki sekurangnya 1.900,25 Ha hutan jati.
       Selama berlangsung shalat Jum’at, diwarnai kekhusuan yang mendalam, mencermati makna khutbah, yang sarat nilai-nilai kebajikan.
       Juga ajakan untuk berperilaku baik, serta bermanfaat bagi sesama termasuk alam serta lingkungannya, bumi tempat berpijak sebagai tanah leluhur yang patut dijaga serta dipelihara lingkungannya.
        Sedangkan harapan warga setempat, segera direhabilitasinya ruas jalan desa sepanjang 10 km lebih, serta dibangunnya balai pertemuan masyarakat adat, menyusul selama ini setiap tamu yang berdatangan selalu diterima di kediaman pupuhu.
        Masyarakat adat ini, juga mendambakan perlindungan pemerintah daerah yang diwujudkan melalui Peraturan Daerah (Perda).
        Perkampungan ini, setiap pekan dikunjungi ratusan warga dari luar, diantaranya dari Bandung, Jakarta, Sukabumi, Sumedang, Subang, Karawang, Ciwidey serta dari Kota Garut termasuk kalangan peneliti, dengan kondisi ruas jalan desa yang sangat memprihatinkan.
       Seorang warga setempat, Sutarman(65) selama ini memiliki keakhlian meramu obat-obatan, sejenis jamu berbahan baku tanaman termasuk jenis rumput-rumputan di perkampungan itu, antara lain berkhasiat menyembuhkan sakit pinggang. (29-4-2011).

Alih Fungsi Lahan Ancam 10.297 Warga Karangpawitan Terbenam Lumpur


“Diperlukan  Kepekaan  Jajaran  Pemkab”

Garut  News, ( Selasa, 26/4 ).

       Merebaknya alih fungsi lahan tanaman keras menjadi kebun sayuran di Kecamatan Karangpawitan Garut, berakibat sekurangnya sepuluh desa rawan longsor dan semakin mengancam lebih dari 10.247 warganya tergerus, bahkan bisa terbenam banjir lumpur.

       Menyusul tergerus serta terbenamnya sebuah rumah penduduk di Kampung Campaka Sukahurip Desa Godog Kecamatan Karangpawitan, Sabtu malam (23/4), yang menewaskan lima penghuninya, juga diindikasikan kuat berakar dari permasalahan ratusan hektar alih fungsi lahan.

       Kepala “Badan Penanggulangan Bencana Daerah” (BPBD) setempat, Drs Z. Munazat, M.Si kepada Garut News, Selasa, mengemukakan perlunya direalisasikan rekomendasi dari “Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi” (PVMBG).   

       PVMBG dipimpin Dr Surono antara lain merekomendasikan, agar seluruh lokasi alih fungsi lahan segera ditanami jenis tanaman keras, termasuk mengeringkan seluruh “balong” (kolam ikan) milik masyarakat di Kampung Campaka Sukahurip itu.

      Selain itu pula, segera direlokasinya satu rumah penduduk yang kini berkondisi sangat terancam digerus tanah longsor, sedangkan puluhan rumah lainnya di lokasi rawan bencana alam tersebut, masih bisa dipertahankan, tetapi setiap saat penghuninya harus waspada.

      Termasuk secepatnya diperbaikinya saluran air, supaya diperlebar serta ditinggikan, kemudian dilakukan pemeriksaangerakan tanah dengan melibatkan seluruh institusi teknis terkait, terutama Dinas Pertacip, SDAP, Bina Marga serta Dinsosnakertrans Garut.

       Ditemui terpisah, Kepala Dinsosnakertrans setempat, H. Djadja Sudardja, M.Si kepada Garut News antara lain mengatakan, telah menyelenggarakan koordinasi dengan Kepala Desa Godog serta Lurah Sukanegla.

       Termasuk mengusulkan bantuan kepada Pemprov Jabar, bagi akhli waris dua warga Kecamatan Caringin yang tewas terpanggang api, sehingga adanya bantuan stimulan tersebut bisa meringankan beban sosial ekonomi keluarga korban.

       Juga diusulkan bantuan sosial bagi dua warga Kampung Campaka Sukahurip, meski mereka selamat dari maut, tetapi telah kehilangan kedua orang tuanya termasuk musnahnya rumah yang selama ini mereka tempati, di Desa Bojong Pameungpeuk pun terjadi kebakaran rumah, katanya.  

        Wildan(8) serta Asep(3), tewas mengenaskan terpanggang api ketika rumahnya di Kecamatan Caringin diranggas kepungan kobakan api.

 “Diperlukan  Kepekaan  Jajaran  Pemkab”

      Didesak pertanyaan Garut News, Wakil Bupati Rd. Diky Chandra menyatakan, diperlukannya kepekaaan seluruh jajaran Pemkab setempat, menyikapi beragam dampak bencana akibat alih fungsi lahan.

      “Jika peka, programnya berupa penanaman Albasia serta ternak Itik (Albasia – Itik/ AI), sangat mungkin bisa direalisasikan,” tegasnya.
        
      Dia juga menilai sangat perlu koordinasi antar Disnakanla, Disbun bagi program “Kodok” (Kopi dan Domba) kemudian “Aceng” (Ayam dan Cengkeh) disusul program ayam dan akar wangi oleh Disperindag, Disbun dan Disnakanla.
      
     Tetapi diingatkan, metode akar wangi plus kotoran kuda supaya tidak merusak tanah, demikian pula program penanaman jabon serta ternak ayam, ungkapnya.
      
     Sementara itu Administratur Perum Perhutani KPH Garut, Ir M. Yusuf Noorhajiyanto mengemukakan, pihaknya mendirikan Posko di lokasi bencana Kampung Campaka Sukahurip, bahkan mendukung solusi penanggulangan alih fungsi lahan, sepanjang sesuai dengan aturan yang berlaku, katanya. ***(John).

HASIL PEMERIKSAAN GERAKAN TANAH DI KAMPUNG CEMPAKA


Garut News, ( Selasa, 26/3 ).

Kondisi daerah bencana:
 
Morfologi:
 
       Morfologi daerah bencana terletak di kaki lereng barat laut Gn. Karacak (+ 1839 m), yang merupakan pebukitan berelief sedang sampai kasar dengan kemiringan lereng terjal sampai sangat terjal berkisar antara (25 - 35°), setempat > 70 yang merupakan lembah S. Cipari dengan ketinggiannya ± 1174 m di atas muka laut.
Geologi
 
      Daerah bencana dan sekitarnya di bangun oleh Batuan Gunungapi Kracak - Puncak Gede yang terdiri dari tufa kaca halus dan tufa sela mengandung lapilli batu apung, breksi lahar dan lava (Qkp). (Peta Geologi Lembar Garut dan Pameungpeuk, Skala 1 : 100.000, Puslitbang Geologi 1992).

      Tanah pelapukannya berupa lempung pasiran berwarna coklat kekuningan, bersifat lunak, sarang, mudah luruh oleh air dan mudah  longsor, ketebalannya berkisar antara 5 - 7 m.

Tata guna lahan dan keairan:

            Tata guna lahan di lereng bagian atas berlereng sangat terjal berupa kebun campuran, di lereng tengah merupakan pemukiman Kp. Cempaka. Sedangkan di lereng bawahnya merupakan jalur jalan desa antara Desa Godog - Cempaka. Kondisi muka air tanah didaerah ini relatif dalam sehingga penduduk memanfaatkan mata air atau air permukaan dari S. Cipari untuk kebutuhan sehari hari.

Kerentanan Gerakan tanah:

        Menurut Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Lembar Garut, Jawa Barat (PVMBG, 2004), wilayah Desa Gadog masuk dalam Zona Gerakan tanah Menengah artinya daerah yang mempunyai tingkat kerentanan menengah untuk terkena gerakan tanah. 

       Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah, terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan.   Gerakan tanah lama masih dapat aktif (bergerak) kembali, terutama disebabkan oleh curah hujan tinggi dan erosi kuat.

      Berdasarkan Peta Prakiraan Wilayah Potensi terjadian Gerakan Tanah pada Bulan April 2011 di Jawa Barat (Badan Geologi), daerah tersebut termasuk Zona potensi terjadi gerakan tanah Menengah – Tinggi artinya daerah ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan tinggi, dan gerakan tanah lama dapat aktif kembali.

Kenampakan gerakan tanah:
       
      Lebar mahkota longsoran ± 20 m, panjang longsoran ± 100 m, sudut kemiringan lereng tebing longsoran ± 80°, arah longsoran N 35o E dan masih berpotensi terjadi longsoran susulan.
      
   Jenis longsoran berupa longsoran bahan rombakan sehingga sangat membahayakan permukiman yang berada dibawahnya. Material longsoran berupa campuran tanah menimbun satu rumah yang terletak di bawah tebing longsoran. Diatas mahkota longsoran terdapat 7 (tujuh) rumah.

 Faktor penyebab terjadinya gerakan tanah:

-          Air hujan di dalam saluran irigasi di bagian atas pemukiman setelah hujan lebat menjadi melimpah dan tumpah ke daerah longsoran yang berakibat menjebol dinding kolam,
      
       -    Kemiringan lereng yang terjal, menyebabkan masa tanah pelapukan mudah bergerak,

-          Daerah tersebut masuk pada Zona Kerentanan Gerakan tanah Menengah,

-          Curah hujan yang sangat tinggi pada saat dan sebelum terjadi bencana sehingga memicu terjadinya gerakan tanah,
 
Mekanisme Terjadi Gerakan Tanah:
       
      Secara umum mekanisme terjadi gerakan tanah di daerah pemeriksaan adalah diawali dengan datangnya hujan lebat.  Air hujan yang masuk ke dalam saluran irigasi  kp Cempaka  menyebabkan  air  di  dalam saluran irigasi menjadi melimpah dan tumpah menjebol dinding kolam yang tidak bertembok.   
      
     Air hujan yang bercampur dengan air saluran irigasi masuk melalui tanah yang    bersifat sarang, sehingga tanh menjadi sangat jenuh,  lereng yang sangat terjal menjadi tidak stabil dan bergerak  mencari  keseimbangan  baru  sehingga  terjadi gerakan  tanah yang melanda 1 (satu) rumah dan lahan pertanian di Kp. Cempaka. 

Rekomendasi dan upaya penanggulangan:

       Mengingat  d aerah   bencana  terletak  pada  Zona  Kerentanan   Gerakan  tanah    Menengah   maka   daerah  tersebut    masih  berpotensi  terjadi   gerakan   tanah       susulan.  Untuk  mencegah  berkembangnya  gerakan tanah ini direkomendasikan    beberapa alternatif upaya teknik penanggulangan, sebagai berikut :

         Saluran irigasi harus dibenahi dengan peninggian dinding saluran, apabila hujan lebat aliran air harus tertampung disaluran dan tidak melimpah liar ke lahan pemukiman dan tebing longsoran.

         Rumah yang hancur tidak layak lagim untuk dibangun ditempat yang sama, harus direlokasi ketempat yang aman.

         Tujuh rumah yang terletak diatas mahkota longsoran harus meningkatkan kewaspadaannya apabila terjadi hujan lebat

         Lahan dibawah tebing daerah longsoran dan sekitarnya sebaiknya dijadikan lahan pertanian kering, kolam yang berada dibawah dan diatas mahkota longsoran  tebing longsoran harus dikeringkan.

 Sumber : PVMBG/ BPBD Kab. Garut. ***(John).

Warga Garut Dikejutkan Guncangan Gempa Bumi


Garut  News, ( Selasa, 26/4 ).

        Warga Kabupaten Garut dan sekitarnya, Selasa sekitar Pukul 13.39.33 dikejutkan guncangan gempa bumi, mengakibatkan banyak penduduk berhamburan keluar rumah, bahkan Syarif(45) bergegas turun dari loteng rumahnya di Kecamatan Tarogong Kaler.

       Syarif panik, sambil menggendong anaknya yang masih balita, segera menuruni anak tangga loteng rumahnya itu.

       Guncangan berkekuatan 6,3 pada Skala Richter (SR) itu, berlokasi 8.60 derajat LS, 100,36 derajat BT pada 120 km barat daya Cilacap Jawa Tengah berkedalaman 240 km, namun berakibat PNS Pemkab/Setda Garut berhamburan keluar ruang kerja, juga terasa pada beberapa kecamatan di Garsela dan Garut Utara, ungkap Kabag Informatika, Dik Dik Hendrajaya, M.Si. 
     
      Sementara itu pula, Wakil Bupati Rd. Diky Chandra, diagendakan Rabu (27/4) memenuhi undangan BMT di Kecamatan Cibalong, sekaligus bersama SKPD menyelenggarakan perjalanan panjang (jalan-jalan pintar).
       
    Guna mengenai dan mempelajari, juga menyelidiki ragam potensi di kawasan Garut selatan, (Garsel), katanya kepada Garut News. ***(John).