Garut News, ( Minggu, 16/1 ).
Asgar Jaya merefleksi dua tahun kinerja pemerintahan Kabupaten Garut, melalui seminar yang diagendakan berlangsung Senin (18/1) di Gedung Balai Paminton Inten Dewata mulai Pukul 08.00 WIB.
Menghadirkan nara sumber Prof Dr Asep Warlan, M. Fadhil Hasan, Ph.D, H. Herry Hudaya, Msi, Dr Indra Prawira serta Prof Dr Dede Mariana, perhelatan itu dimoderatori Dr Teddy Asmara, juga sekaligus menyerap aspirasi untuk kemajuan Garut ke depan.
Kepedulian Asgar Jaya selama ini, antara lain turut memperjuangkan Kabupaten Garut bisa mendapatkan royalty dari kegiatan eksploitasi geothermal (panasbumi), memberikan sumbangsih bantuan bagi korban bencana alam.
Juga mempasilitasi pemberian bea siswa ke perguruan tinggi, bahkan memungkinkan pula dapat mempasilitasi adanya bea siswa menjadi mahasiswa di luar negeri, katanya.
Sekretaris Daerah kabupaten Garut, H. Hilman Faridz, SE, Msi menyatakan, seminar tersebut merupakan momentum yang tepat, baik dilihat dari aspek waktu dan tempat penyelenggaraan.
Maupun pelibatan para akhli dan pakar, serta para tokoh masyarakat “urang” Garut dalam pembahasan aspek yang tengah hangat diperhatikan dan dihadapi, antara lain mengenai Kepemimpinan, Pemerintahan dan Pembangunan, yang terkait dengan Otda.
Juga reformasi birokrasi, sistim Pilkada dan eksistensi independen di dalamnya. Dari seminar kali ini ada secercah harapan bagi perbaikan Garut ke depan, seperti antara lain hasil evaluasi ini dapat terukur capaian kinerja.
Dan dari temuan masalah yang dijadikan masukan (feed back), bagi perencanaan yang lebih baik di masa mendatang, tentunya yang lebih penting adalah hasil dan tindak lanjut dari seminar tersebut, Selamat Berhalakah, ujar Sekda.
Sedangkan jatuhnya pilihan Bupati Garut secara individu menjadi Pengurus Partai Golkar Jawa Barat, dinilai Sekda syah-syah saja dan hak yang bersangkutan, terkait dengan konsekuensi politik dan hukum, dimungkinkan ada.
Untuk mengomentari hal tersebut, “mangga nyanggakeun ka para pakarna” (menyerahkan kepada akhlinya), tutur Sekda Garut, Hilman Faridz.
Sementara itu, Direktur Advokasi “Clean Government” (CG) DPC Garut juga Koordinator “Aliansi Peduli Garut” (APG), Geri Muzayyin kepada Garut News berpendapat, seminar tidak berdampak apa-apa, apalagi sifat seminar terbuka.
“Dimana audensi yang heterogen, juga penyaji yang belum tentu memahami Garut dari berbagai segi.” Ungkapnya.
Dia pun menyatakan, semakin banyak Asgar-Asgar, kenyataannya Garut masih seperti ini, bahkan semakin jauh tertinggal karena “ending” dari kepeduliannya itu selalu bermuara pada kekuasaan.
Bukan pada pemberdayaan masyarakat dan pembelaan hak-hak kaum yang lemah serta dilemahkan, ungkap Geri Muzayyin.
Sedangkan mengenai Bupati Aceng H.M Fikri masuk Partai Golkar, dinilai sebagai manuver cari selamat yang kuno, meski menurut Geri salah masuk, karena akan terjebak pada keterikatan.
Dan semakin memperjelas bahwa bupati, adalah sosok independen yang berparpol, yang ideologinya pragmatis tetapi bagi Golkar mungkin sebagai langkah yang cerdas karena dengan merangkul bupati sebagai kadernya.
Ingin memanfaatkan kelemahan bupati di tengah kekuasaannya, lebih baik terlambat daripada tidak, katanya. ****(John).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar