SERSAN U. SOLIKHIN PIONIR ARANG BRIKET SAMPAH ORGANIK

Garut News, (21/7).

     Sersan Ujang Solikhin dari Korem Tarumanegara Garut, sebagai pionir pembuatan arang briket berbahan baku limbah pasar maupun sampah organik.

     Kegiatannya itu, antara lain dilatarbelakangi kebutuhan energi, yang tidak diimbangi dengan tingkat pemeliharaan dan pengendalian lingkungan sumber energi, sehingga lama kelamaan cadangan potensi dari bahan baku energi akan berkurang, tegasnya kepada Garut News, Rabu.

     Maka diperlukan peningkatan pengetahuan dan keterampilan SDM, dalam memanfaatkan sampah/limbah organik menjadi arang briket sebagai alternatif bahan bakar ramah lingkungan, ungkapnya seusai serah terima jabatan Dandim Garut dari Letkol Inf. Herman Djatmiko kepada penggantinya Letkol ARM. Edi Yusnandar di Makorem setempat.

     Arang briket, residu yang sebagian besar komponen karbon, yang dibentuk ukuran dan kerapatannya menjadi produk yang lebih praktis dalam penggunaannya sebagai bahan bakar alternatif ramah lingkungan dan berkelanjutan, katanya.

     Berbahan baku limbah pasar atau sampah organik, limbah pertanian, limbah sagu, limbah penggergajian, sabut kelapa, sekam padi, eceng gondok, kulit kopi, teh, tebu, kapas, residu penyuling minyak atsiri, daun-daunan, limbah kayu/ranting dan tapas tempurung kelapa.

     Selain itu perekat dan resin bahan pemantik, untuk 1 kg arang briket diperlukan bahan baku sampah organik kering dan limbah pertanian 10 kg equivalen dengan 50 kg sampah basah, ungkapnya.

     Tahap pengeringan sampah organik basah di pres kemudian dirajang lalu dijemur, hingga kadar airnya sekitar 25 persen, dilanjutkan tahap pengarangan, penggilingan dan penyaringan, pengepresan, pengeringan serta tahapan packing.

     Pemakaian 1 kg briket arang bisa bertahan 3-4 jam menyala secara terus-menerus tanpa perlu dikipas, dengan nilai kalori 1.000 hingga 6.000 kalori/gram, yang bisa menghemat biaya karena harga jualnya Rp2.200/kg. (John).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar