Garut News ( Selasa, 29/11 ). Seorang siswa kelas satu SMPN 1 Garut, Krisna Gustia(13) melaporkan Guru Bidang Kesiswaan (Bbg) ke Mapolres setempat, menyusul Bbg dituduh melakukan pemukulan terhadap Krisna pada upacara bendera di halaman sekolah, Senin (28/11).
Peristiwa tersebut, berlangsung akibat Krisna melepas topi saat mengikuti upacara, disebabkan merasa kegerahan, katanya.
Kemudian Bbg mendatangi Krisna ke tengah barisan dan menegurnya bahkan spontan.menampar pipi kiri Krisna, antara lain mengakibatkan topi dalam genggaman korban pun terjatuh.
Saat akan mengambil topi, Bbg kembali menampar pipi Krisna hingga dua kali, malahan Bbg juga menjewer telinga kiri Krisna, menyebabkan korban menderita luka bekas tamparan pada pipi kiri, luka bekas jeweran, serta luka goresan pada belakang telinga kiri.
"Saya membuka topi karena gerah, tiba-tiba pak guru mengampiri sambil bertanya topi milik siapa yang saya pegang. saya jawab, ini topi milik saya, tak diduga, pak guru menampar pipi kiri saya, kaget dan sakit, topi yang saya genggam terjatuh, setelah mengambil topi, pak guru kembali menampar saya hingga dua kali," ungkap Krisna di rumahnya kepada wartawan, Selasa (29/11).
Peristiwa ini, berakibat korban merasakan sakit pada pipi dan telinganya, namun korban sama sekali tidak mengeluh, selesai upacara langsung masuk kelas.
Tak lama kemudian, Maman, ayah korban, juga Kepala salah satu SMP di Garut menjemputnya. Maman mengaku menerima informasi korbanb ditampar, sehingga membawanya ke Puskesmas.
"Saya mengobati anak saya agar tidak terdapat hal yang tidak diinginkan, sama sekali tak berniat melaporkan Pak Bbg ke polisi, meski yang disesalkan, pihak sekolah maupun Bbg dinilai sama sekali tidak memiliki itikad baik meminta maaf," sesal Maman.
Korban pun dibawa kakanya berobat, sehingga Maman sama sekali tak menduga jika akhirnya putranya melapor ke pihak kepolisian tanpa sepengetahuan dan persetujuannya, katanya.
"Merasa tidak terima perlakuan itu, tanpa sepengetahuan korban melaporkan kejadian ke kepolisian, meski saya kurang setuju, tapi terlanjur biar sajalah. sebagai pembelajaran agar kejadian serupa tak terulang," ungkap Maman.
Saat dikonfirmasi, kepala sekolah dan guru bersangkutan tidak berada di tempat, kehadiran wartawan diterima guru lainnya, Joni Juandi.
Kendati dia mengakui kejadian itu, tetapi membantah pemukulan, melainkan hanya menjewer telinga, katanya pula..
"Menurut keterangan Pak Bbg, tidak menampar hanya menjewer telinga, itupun sebagai pembelajaran menerapkan kedisiplinan siswa," kata Joni.****(John).
0 comments:
Posting Komentar