Garut News ( Jumat, 4/11 ).
Sebanyak 15 alumni dan mahasiswa aktif jurusan Arsitektur, Universitas Parahyangan (UNPAR) Bandung, "me reka-ulang" rumah masyarakat adat Kampung Dukuh sesuai aslinya, di Kecamatan Cikelet, 140 km arah selatab pusat Kota Garut.
Menyusul sekurangnya 46 rumah yang dihuni 170 warga adat tersebut, sejak Sabtu (10/9), rata dengan tanah akibat terbakar diranggas api, ungkap alumni UNPAR, Rully Oktavian, ST yang juga perwakilan Arsitektur Hijau Garut, kepada Garut News, Jumat.
Dia mengungkapkan, "Arsitektur Hijau" (Arjau) merupakan organisasi minat, minat pada kebijaksanaan arsitektur "lama" khususnya di Indonesia.
Kami merasa sayang bila arsitektur yang telah mengalami ujian jaman tersebut, musnah dilupakan orang akibat arus modernisasi yang takabur-instant.
Kami mencoba mengumpulkan yang tersisa, melalui pengumpulan data-data fisik dan nonfisik, terkadang kami pun mengumpulkan sisa-sisa mitos, yang sangat sayang untuk dilupakan.
Kami selalu berusaha memberikan kontribusi pada lingkungan kami, sesuai semboyan kami "demi ilmu pengetahuan dan masyarakat", katanya.
Masih menurut Rully Oktavian, komunitasnya pertama kali menyelenggarakan reka ulang pada 29 September 2009, disusul Tim kedua pada 13 Oktober 2011, bahkan kerap mengunjungi perkampungan tradisional itu, sejak 1986, kemudian 1997 serta 2006.
Sedangkan produk "layout" reka ulang pasca kebakaran 10 september 2011, akan diterbitkan dua pekan mendatang, ungkapnya.
Sehingga jika diperlukan pemerintah maupun lembaga resmi lainnya, yang akan menyelenggarakan "Rehabilitasi dan Rekonstruksi" (Rehab Rekon) rumah adat Kampung Dukuh akibat peristiwa kebakaran, maka Arjau UNPAR pada prinsipnya bersedia melakukan pendampingan teknis, imbuh Rully Oktavian. ***(John).
Sebanyak 15 alumni dan mahasiswa aktif jurusan Arsitektur, Universitas Parahyangan (UNPAR) Bandung, "me reka-ulang" rumah masyarakat adat Kampung Dukuh sesuai aslinya, di Kecamatan Cikelet, 140 km arah selatab pusat Kota Garut.
Menyusul sekurangnya 46 rumah yang dihuni 170 warga adat tersebut, sejak Sabtu (10/9), rata dengan tanah akibat terbakar diranggas api, ungkap alumni UNPAR, Rully Oktavian, ST yang juga perwakilan Arsitektur Hijau Garut, kepada Garut News, Jumat.
Dia mengungkapkan, "Arsitektur Hijau" (Arjau) merupakan organisasi minat, minat pada kebijaksanaan arsitektur "lama" khususnya di Indonesia.
Kami merasa sayang bila arsitektur yang telah mengalami ujian jaman tersebut, musnah dilupakan orang akibat arus modernisasi yang takabur-instant.
Kami mencoba mengumpulkan yang tersisa, melalui pengumpulan data-data fisik dan nonfisik, terkadang kami pun mengumpulkan sisa-sisa mitos, yang sangat sayang untuk dilupakan.
Kami selalu berusaha memberikan kontribusi pada lingkungan kami, sesuai semboyan kami "demi ilmu pengetahuan dan masyarakat", katanya.
Masih menurut Rully Oktavian, komunitasnya pertama kali menyelenggarakan reka ulang pada 29 September 2009, disusul Tim kedua pada 13 Oktober 2011, bahkan kerap mengunjungi perkampungan tradisional itu, sejak 1986, kemudian 1997 serta 2006.
Sedangkan produk "layout" reka ulang pasca kebakaran 10 september 2011, akan diterbitkan dua pekan mendatang, ungkapnya.
Sehingga jika diperlukan pemerintah maupun lembaga resmi lainnya, yang akan menyelenggarakan "Rehabilitasi dan Rekonstruksi" (Rehab Rekon) rumah adat Kampung Dukuh akibat peristiwa kebakaran, maka Arjau UNPAR pada prinsipnya bersedia melakukan pendampingan teknis, imbuh Rully Oktavian. ***(John).
0 comments:
Posting Komentar