“Mereka Menghidupi 25.220 Anggota Keluarga”
Garut News ( Minggu, 18/9 ).
Sekurangnya 1.261 hektare real persawahan milik sekitar 5.044 Kepala Keluarga (KK) petani di Kabupaten Garut, Jawa Barat, yang menghidupi 25.220 anggota keluarga, mengalami gagal panen akibat diranggas kekeringan.
Kemarau panjang yang juga sekaligus menyebabkan kesulitan air bersih tersebut, berlangsung pada 33 dari 42 wilayah kecamatan, ungkap Kabid. Produksi Tanaman Pangan Dinas TPH setempat, Wawan Suherman, Ahad.
Sedangkan kondisi pada sembilan kecamatan lainnya, hingga kini masih belum diperoleh laporan, katanya.
Padahal peristiwa kekeringan banyak terjadi pada sentra produksi padi, diantaranya Banyuresmi, Limbangan, Leles dan lainnya, meski yang terparah di Kecamatan Kersamanah, Limbangan dan Banyuresmi.
Sehingga menurunkan produksi padi 66,58 kuintal/hektar dari 146 hektar kerusakan berat mencapai 97,200 ton gabah kering giling (GKG).
Pada September, ketersediaan produksi padi mencapai 34.813 ton GKG dengan konsumsi 21.179 ton, katanya.
Sebelumnya petani diimbau agar menunda masa tanam padi pada kawasan pasokan air terbatas, dan sebaiknya menanam palawija berusia pendek.
Namun umumnya petani menanam padi dengan asumsi hujan akan segera turun, ternayata terjadi kemarau panjang, diperparah banyaknya sawah tadah hujan.
Mengantisipasi dilakukan sistem gilir giring air pada lokasi yang debit airnya berkurang, agar bisa menyelamatkan lahan pertanian dan kekeringan tidak meluas.
Dilakukan pula pompanisasi pada wilayah yang masih memiliki sumber air, katanya pula.
Sumber Garut News lainnya katakan, antisipasi kekeringan meski berlangsung setiap tahun, namun hanya sebatas imbauan, sistim gilir giling dan pompanisasi yang tidak jelas serta tidak merata, ungkapnya. ***(John).
Garut News ( Minggu, 18/9 ).
Sekurangnya 1.261 hektare real persawahan milik sekitar 5.044 Kepala Keluarga (KK) petani di Kabupaten Garut, Jawa Barat, yang menghidupi 25.220 anggota keluarga, mengalami gagal panen akibat diranggas kekeringan.
Kemarau panjang yang juga sekaligus menyebabkan kesulitan air bersih tersebut, berlangsung pada 33 dari 42 wilayah kecamatan, ungkap Kabid. Produksi Tanaman Pangan Dinas TPH setempat, Wawan Suherman, Ahad.
Sedangkan kondisi pada sembilan kecamatan lainnya, hingga kini masih belum diperoleh laporan, katanya.
Padahal peristiwa kekeringan banyak terjadi pada sentra produksi padi, diantaranya Banyuresmi, Limbangan, Leles dan lainnya, meski yang terparah di Kecamatan Kersamanah, Limbangan dan Banyuresmi.
Sehingga menurunkan produksi padi 66,58 kuintal/hektar dari 146 hektar kerusakan berat mencapai 97,200 ton gabah kering giling (GKG).
Pada September, ketersediaan produksi padi mencapai 34.813 ton GKG dengan konsumsi 21.179 ton, katanya.
Sebelumnya petani diimbau agar menunda masa tanam padi pada kawasan pasokan air terbatas, dan sebaiknya menanam palawija berusia pendek.
Namun umumnya petani menanam padi dengan asumsi hujan akan segera turun, ternayata terjadi kemarau panjang, diperparah banyaknya sawah tadah hujan.
Mengantisipasi dilakukan sistem gilir giring air pada lokasi yang debit airnya berkurang, agar bisa menyelamatkan lahan pertanian dan kekeringan tidak meluas.
Dilakukan pula pompanisasi pada wilayah yang masih memiliki sumber air, katanya pula.
Sumber Garut News lainnya katakan, antisipasi kekeringan meski berlangsung setiap tahun, namun hanya sebatas imbauan, sistim gilir giling dan pompanisasi yang tidak jelas serta tidak merata, ungkapnya. ***(John).
0 comments:
Posting Komentar