Garut News, ( Sabtu, 18/9 ).
Sebagian warga Perkampungan Cihideung di Desa Cipangramatan Kecamatan Cikajang Garut, yang semula sarat dengan “asa” bisa menjadi jutawan, saat ini mulai sirna menyusul kerapnya terjadi intrik, silang pendapat bahkan pertikaian seputar lapak yang mereka yakini berpotensi emas permata.
Asa yang kian berganti menjadi kecemasan di kawasan hutan lindung itu, akibat masih dibingkai kuatnya ambisi bisa menuai hasil panen tanpa tandur, serbuk kemilau logam mulia yang mahal dan indah menawan menurut versi manusia.
Sehingga memunculkan tragedi awal, terjadinya serangan warga Cikopo, Jumat (17/9) lalu yang masih penduduk Desa Cipangramatan, dipastikan peristiwa itupun dibungkus dengan beragam dalih serta alibi, meski “wallahualam” nilai kebenarannya.
Menyebabkan dua unit mobil jenis Feroza dan Escudo jadi sasaran amuk massa, malahan massa yang temperamental pun, mengobrak-abrik belasan saung di perbukitan terjal termasuk merusak mesin Diesel, yang selama ini dijadikan sumber penerangan.
Hingga kini, sumber sumber yang berpotensi bisa memberikan keterangan pers, lebih banyak memilih aksi “GTM” (gerakan tutup mulut), namun diprediksi kuat aksi massa tersebut, akibat perebutan lapak maupun lahan usaha penambangan emas yang secara ilmiah, belum jelas volume kandungan potensinya.
Sementara itu, tugas pokok dan fungsi Dinas Sumber Daya Air dan Pertambangan (SDAP) Kabupaten Garut, mengesankan semakin samar malahan bias untuk menertibkan serta menyajikan regulasi penambangan, yang semestinya diawali analisa masalah dampak lingkungannya termasuk proses perijinan.
Sedangkan Kadis SDAP, Ir H. Widyana juga mengesankan lebih sibuk “wara-wiri” mengurus royalty geothermal daripada membenahi aktivitas penambangan liar yang bisa menghancurkan kondisi lingkungan dimana-mana.
Aparat penagak hukum, sesuai dengan kewajibannya berupaya menertibkan masyarakat, namun sejauh ini nyaris tak terdengar gaungnya berupaya menertibkan “oknum aparat” yang diindikasikan berada di belakang setiap kelompok para penambang.
Jika fenomena tersebut terus-menerus berlangsung, daerah ini pun terancam menjadi Kabupaten Beling. ( John Doddy Hidayat/ artikel ).
Sebagian warga Perkampungan Cihideung di Desa Cipangramatan Kecamatan Cikajang Garut, yang semula sarat dengan “asa” bisa menjadi jutawan, saat ini mulai sirna menyusul kerapnya terjadi intrik, silang pendapat bahkan pertikaian seputar lapak yang mereka yakini berpotensi emas permata.
Asa yang kian berganti menjadi kecemasan di kawasan hutan lindung itu, akibat masih dibingkai kuatnya ambisi bisa menuai hasil panen tanpa tandur, serbuk kemilau logam mulia yang mahal dan indah menawan menurut versi manusia.
Sehingga memunculkan tragedi awal, terjadinya serangan warga Cikopo, Jumat (17/9) lalu yang masih penduduk Desa Cipangramatan, dipastikan peristiwa itupun dibungkus dengan beragam dalih serta alibi, meski “wallahualam” nilai kebenarannya.
Menyebabkan dua unit mobil jenis Feroza dan Escudo jadi sasaran amuk massa, malahan massa yang temperamental pun, mengobrak-abrik belasan saung di perbukitan terjal termasuk merusak mesin Diesel, yang selama ini dijadikan sumber penerangan.
Hingga kini, sumber sumber yang berpotensi bisa memberikan keterangan pers, lebih banyak memilih aksi “GTM” (gerakan tutup mulut), namun diprediksi kuat aksi massa tersebut, akibat perebutan lapak maupun lahan usaha penambangan emas yang secara ilmiah, belum jelas volume kandungan potensinya.
Sementara itu, tugas pokok dan fungsi Dinas Sumber Daya Air dan Pertambangan (SDAP) Kabupaten Garut, mengesankan semakin samar malahan bias untuk menertibkan serta menyajikan regulasi penambangan, yang semestinya diawali analisa masalah dampak lingkungannya termasuk proses perijinan.
Sedangkan Kadis SDAP, Ir H. Widyana juga mengesankan lebih sibuk “wara-wiri” mengurus royalty geothermal daripada membenahi aktivitas penambangan liar yang bisa menghancurkan kondisi lingkungan dimana-mana.
Aparat penagak hukum, sesuai dengan kewajibannya berupaya menertibkan masyarakat, namun sejauh ini nyaris tak terdengar gaungnya berupaya menertibkan “oknum aparat” yang diindikasikan berada di belakang setiap kelompok para penambang.
Jika fenomena tersebut terus-menerus berlangsung, daerah ini pun terancam menjadi Kabupaten Beling. ( John Doddy Hidayat/ artikel ).
0 comments:
Posting Komentar