Garut News, ( Senin, 6/9).
Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Cabang Garut, H. Budiman, SE, M.Si menyatakan, lembaganya kesulitan lebihi target persediaan darah, untuk menunjang pemenuhan kebutuhan selama musim arus mudik dan balik Lebaran Idul Fitri.
Sehingga tetap menargetkan 1.000 labu (kantong) darah setiap bulan, itupun selama bulan Puasa Ramadhan sangat sulit dipenuhi, menyusul calon pendonor yang melaksanakan ibadah puasa dipastikan belum bisa mendonorkan darahnya, tegas Budiman Kepada Garut News, Senin.
Maka jajarannya, menggiatkan pemenuhan kebutuhan dari para calon pendonor “Keluarga Donor Darah” (KDD) Non Muslim, diantaranya menjalin koordinasi dengan Universitas Parahiangan (UNPAR) dan Persatuan Gereja Indonesia (PGI).
Selain itu, berkoordinasi sekaligus minta bantuan kepada PMI Pusat dan PMI Provinsi Jawa Barat, karena selama ini PMI mengutamakan prinsip netralitas, kesamaan, kemiteraan serta kemanusiaan, katanya.
Bahkan menjelang Lebaran Idul Fitri, dibuka Pos Petolongan Pertama di Kecamatan Kersamanah, merupakan ruas jalan provinsi utara Kabupaten Garut, yang sangat padat dilintasi arus mudik dan balik Lebaran, melintas dari Jakarta – Surabaya Jawa Timur.
Pos Siaga PMI, juga dibuka di Pusat Kota Garut, dengan menyertakan Forum Remaja PMI (Forpis), sebagaimana penetapan mekanisme dan pembagian wilayah oleh PMI Provinsi, ujar Budiman.
Dia katakan, meski sulit menambah target 1.000 labu, tetapi yang penting persediaan darah pada hari-hari sibuk maupun puncak hari besar keagamaan, bisa tersedia kesiapan yang lebih rata-rata stok mingguan atau diluar kebiasaan.
Sedangkan pemenuhan kebutuhan mendesak, yang golongan darahnya belum tersedia dapat dengan alternatif dipenuhi dari pihak keluarga korban, yang hingga kini pengguna darah 80 persen dari peserta Jamkesmas serta Askes.
Resikonya, proses pembayarannya ke PMI tidak bisa langsung, atau pada dua hingga tiga bulan mendatang, sehingga menyulitkan PMI untuk memenuhi biaya operasional pengadaan darah termasuk Biaya Penggantian Pengolahan Darah (BPPD), terjadilah kesulitan likuiditas.
BPPD ditentukan secara seragam atau terstandar, yang kini Rp252 ribu/ labu, termasuk untuk biaya labu yang masih diproduk dari luar negeri, mesin pencucian/pengolahan darah pun merupakan barang ekspor. *** (John).
Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Cabang Garut, H. Budiman, SE, M.Si menyatakan, lembaganya kesulitan lebihi target persediaan darah, untuk menunjang pemenuhan kebutuhan selama musim arus mudik dan balik Lebaran Idul Fitri.
Sehingga tetap menargetkan 1.000 labu (kantong) darah setiap bulan, itupun selama bulan Puasa Ramadhan sangat sulit dipenuhi, menyusul calon pendonor yang melaksanakan ibadah puasa dipastikan belum bisa mendonorkan darahnya, tegas Budiman Kepada Garut News, Senin.
Maka jajarannya, menggiatkan pemenuhan kebutuhan dari para calon pendonor “Keluarga Donor Darah” (KDD) Non Muslim, diantaranya menjalin koordinasi dengan Universitas Parahiangan (UNPAR) dan Persatuan Gereja Indonesia (PGI).
Selain itu, berkoordinasi sekaligus minta bantuan kepada PMI Pusat dan PMI Provinsi Jawa Barat, karena selama ini PMI mengutamakan prinsip netralitas, kesamaan, kemiteraan serta kemanusiaan, katanya.
Bahkan menjelang Lebaran Idul Fitri, dibuka Pos Petolongan Pertama di Kecamatan Kersamanah, merupakan ruas jalan provinsi utara Kabupaten Garut, yang sangat padat dilintasi arus mudik dan balik Lebaran, melintas dari Jakarta – Surabaya Jawa Timur.
Pos Siaga PMI, juga dibuka di Pusat Kota Garut, dengan menyertakan Forum Remaja PMI (Forpis), sebagaimana penetapan mekanisme dan pembagian wilayah oleh PMI Provinsi, ujar Budiman.
Dia katakan, meski sulit menambah target 1.000 labu, tetapi yang penting persediaan darah pada hari-hari sibuk maupun puncak hari besar keagamaan, bisa tersedia kesiapan yang lebih rata-rata stok mingguan atau diluar kebiasaan.
Sedangkan pemenuhan kebutuhan mendesak, yang golongan darahnya belum tersedia dapat dengan alternatif dipenuhi dari pihak keluarga korban, yang hingga kini pengguna darah 80 persen dari peserta Jamkesmas serta Askes.
Resikonya, proses pembayarannya ke PMI tidak bisa langsung, atau pada dua hingga tiga bulan mendatang, sehingga menyulitkan PMI untuk memenuhi biaya operasional pengadaan darah termasuk Biaya Penggantian Pengolahan Darah (BPPD), terjadilah kesulitan likuiditas.
BPPD ditentukan secara seragam atau terstandar, yang kini Rp252 ribu/ labu, termasuk untuk biaya labu yang masih diproduk dari luar negeri, mesin pencucian/pengolahan darah pun merupakan barang ekspor. *** (John).
0 comments:
Posting Komentar