Garut News, ( Sabtu, 2/10 ).
Batik tulis dan printing “Garutan”, memiliki keragaman motip dinamis, belasan jenis motip diantaranya telah dilengkapi hak paten maupun hak cipta intelektual, ungkap Asisten Administrasi Perekonomian dan Pembangunan Setda Garut, H. Budiman, SE, M.Si.
Sedangkan masa kejayaan maupun keemasannya, berlangsung sejak 1945 hingga 1985, namun kini kembali gencar disemarakan kembali eksistensinya oleh jajaran pemerintah daerah setempat, katanya kepada Garut News, Sabtu.
Sementara itu, siswi kelas sembilan SMPN 1 Garut, Kirana menyatakan, Batik Garutan berciri khas corak etnik masa lalu yang memikat, meski jenis batik tulisnya mencapai harga ratusan ribu rupiah, yang selama ini kerap dikenakan kalangan menengah keatas.
Namun kalangan pegawai pun, banyak yang mengenakan Batik Garutan Printing, setiap Kamis, dengan harga yang bisa dijangkau berbagai kalangan, namun bercorak tetap memikat, katanya pula.
Selain corak belah ketupat, juga terdapat jenis corak burung merak yang tengah maksimal mengepakan keindahan bulu-bulunya.
Sementara itu, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Jero Wacik, mengajak masyarakat memperingati hari batik nasional setiap 2 Oktober, dengan minimal sehari memakai batik.
Menyusul setahun silam, pada 2 Oktober 2009 Badan PBB membidangi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan (UNESCO) secara resmi mengakui batik Indonesia sebagai warisan budaya dunia.
Karena sulitnya mendapatkan pengakuan itu, Menbudpar mengajak masyarakat agar memelihara kebiasaan memakai batik untuk mempertahankan eksistensnya di Tanah Air, imbuhnya antara lain. ***(John).
0 comments:
Posting Komentar