Garut News, ( Minggu, 31/10 ).
Kondisi kerusakan lingkungan di kawasan kaki gunungapi Guntur Garut, semakin memprihatinkan bahkan nyaris merata pada seluruh arealnya, akibat aktivitas illegal penambangan pasir dan batu yang hingga saat ini masih terus berlangsung.
Meski upaya pelarangan dengan memasang puluhan papan peringatan berwarna merah, bahkan memotong serta menghalangi lintasan ruas jalan mobilitas truk pengangkut pasir dan batu, namun kegiatan para penambang, tetap berlangsung setiap hari, seperti hasil pantauan Garut News di lapangan, Minggu.
Sejumlah penambang termasuk Tasrif (36) mengatakan, terpaksa melakukannya karena selama ini sangat sulit mendapatkan lapangan kerja, sedangkan pelarangan pemerintah itu diharapkan bersamaan dengan penyediaan lapangan kerja, agar para penambang yang umumnya sebagai kuli atau buruh dapat beralih profesi.
Sebelumnya Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi Dan Bencana Geologi (PVMBG) Dr Surono mengingatkan, jutaan kubik lahar dingin bekas letusan gunungapi dapat membahayakan pemukiman penduduk di arah hilir, jika kawasan kaki gunungnya terus-menerus digerus.
Gunungapi Guntur berketinggian 2.249 mdpl dengan type strato, menurut PVMBG terakhir meletus tahun 1843 setelah terjadi 21 letusan sejak tahun 1690, sehingga terdapat jutaan kubik lahar dingin yang membentuk tapal kuda, yang masih bersemayam di atas permukaan gunungapi tersebut.
Pada gunung ini terdapat beberapa kerucut, terdiri dari gunung Masigit (2.249 mdpl) sebagai kerucut dengan puncak tertinggi, disusul kerucut gunung Parukuyan (2.135 mdpl) serta gunung Kabuyutan dengan ketinggin kerucut 2.048 mdpl.
Wakil Bupati Garut Rd. Diky Chandra ketika menyikapi masih maraknya kegiatan penambangan meski berbagai institusi teknis terkait kerap melakukan penertiban di lapangan, mengemukakan pihaknya tengah berupaya mencari solusi yang efektif agar dapat menghentikan aktivitas tersebut.
Gunungapi Guntur , bergeografi 07o 08”30” LS dan 107O20” BT, 1.600 meter dengan demografi pemukiman disekitarnya berada pada ketinggian 600 m- 1000m mdpl, sebagian besar terkonsentrasi di kaki tenggara selatan serta sebagian kecil di kaki timur dan utara.
SEJARAH LETUSAN
Pada 1690 : Letusan besar, banyak penduduk menjadi korban serta daerah rusak , 1770,1777,1780 terjadi aliran lava , 1803 : letusan pada 3-15 April, 1807 : letusan 9 mei , 1809, 1815 pada 15 agustus dan letusan 1815/1816 pada 21 september.
Kemudian 1816 : 21-24 Oktober 1825 : 14 Juni dengan hutan di sekitar gunung terbakar, 1827/1828, 1829 : beberapa kampong hancur , beberapa orang menjadi korban , 1832 : 16 januari , 8-13 Agustus , 1833 : 1 September serta 1834/1835/1836 : Desember.
Periode Letusan
Antara 1800 sampai 1847 tercatat idak kurang dari 12 kali letusan . Letusan itu berulang-ulang dalam tempo pendek berlangsung paling lama 5 sampai 12 hari . Periode letusan berselang-selang antara 1.2 dan 3 tahun dan ada kalanya letusan terjadi setelah masa istirahat 6 dan 7 tahun, demikian sumber resmi PVMBG.*** (John)
0 comments:
Posting Komentar