Garut News, ( Rabu , 13/10 ).
International Organization for Migration (IOM) Indonesia, berobsesi mencerdaskan masyarakat di Kabupaten Garut, Jawa Barat, dalam setiap menghadapi beragam bencana alam.
Sehingga berbagai kegiatan yang digelar lembaga tersebut, termasuk seminar sehari pentingnya pengurangan resiko bencana alam berbasis masyarakat, juga “sharing”
Melainkan secara terencana bisa berlanjut pada wilayah kecamatan lainnya, ungkap Kepala Kantor “IOM” Jawa Barat, Peter Kern kepada Garut News, disela penyelenggaraan seminar hari pentingnya pengurangan resiko bencana alam di hotel termegah Pameungpeuk, Rabu.
Dia senang tingginya respon masyarakat dan mengatakan, masyarakat pun harus membangun kesiapsiagaan bencana, melalui banyak perencanaan serta latihan termasuk simulasi di lapangan, juga mengamati dan menganalisa dokumen visualisasi dampak bencana alam, katanya.
Sementara itu, Ir Gatot Soedrajat, M.Sc dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) berpendapat, sangat diperlukannya kemampuan masyarakat bersama aparat pemerintahan mengelola “manajemen darurat”.
Termasuk jika sewaktu-waktu aktivitas gunungapi Guntur mulai menggeliat, setelah ratusan tahun beristirahat bahkan telah melintasi kurun waktu periode letusannya sejak 1870-an, yang kini sekurangnya 15 juta penduduk Indonesia bermukim sekitar zona bahaya letusan gunungapi.
Mereka tidak mungkin secara serta merta dimukimkan kembali ke lokasi aman, kecuali dievakuasi jika terjadi peringatan dini bahaya gunungapi, termasuk di Kabupaten Garut muntahan batu letusan gunungapi Guntur bisa menjangkau hingga ke gedung Pendopo Kabupaten, katanya.
Dia juga mengingatkan, Kabupaten Garut memiliki banyak kawasan rawan bencana tanah longsor serta banjir lumpur, juga terdapat ancaman gempa bumi dan tsunami, tetapi wilayah ini sangat subur, sehingga diperlukan kemampuan mengelola manajemen darurat, imbuhnya.
Mira Dewi dari “IOM” antara lain katakan, kegiatannya di kabupaten Garut ditargetkan bisa menjadi pilot proyek duplikasi bagi daerah lainnya.
Camat Pameungpeuk, Jujun Juhana, M.Si menyambut antusias serangkaian kegiatan yang diselenggarakan “IOM”, karena bisa membekali pengetahuan serta keterampilan masyarakatnya untuk berperan serta menanggulangi dampak bencana alam, termasuk antisipasi mengurangi resiko bencana.
Ungkapan senada juga mengemuka dari Camat Cisompet, U. Haerudin, S.Sos dan Kepala Bagian Informatika, Dik Dik Hendrajaya, M.Si pada seminar yang dibuka Asisten Administrasi Umum Setda Garut, Arus Sukarna, SH, M.Si.
Output yang diharapkan, antara lain pembuatan dan sosialisasi SOP (Standar Operational Procedure) dan rencana aksi PRB di setiap desa, seperti diingatkan Dik Dik Hendrajaya di daerahnya terdapat sekurangnya 33 titik rawan bencana tanah longsor serta banjir lumpur.
Sehingga diharapkan pula, IOM bisa memperluas wilayah operasional lainnya hingga menjamah seluruh 42 kecamatan di Kabupaten Garut, imbuhnya.
Sedangkan mengurangi resiko bencana dapat dilakukan dengan cara, mengurangi kerentanan, meningkatkan kapasitas/kemampuan serta memberikan dukungan teknis dalam program “Pengurangan Resiko Bencana” (PRB).
Sementara itu Government Liaison Assistant, Kantor IOM Bandung, Lioni Beatrik Tobing mengemukakan, program PRB dilaksanakan pada enam desa tersebar di lima kecamatan, terdiri Desa Cikelet Kecamatan Cikelet, Paas (Pameungpeuk), Karyasari (Cibalong), Depok (Cisompet), Sukanagara (Cisompet) serta Desa Pangauban Kecamatan Cisurupan.
Dia katakan, sebagai respon atas terjadinya bencana gempa bumi di Jawa Barat, IOM juga melaksanakan program dukungan Psikososial dan hunian sementara selama enam bulan (Desember 2009 – Mei 2010) pada empat kecamatan.
Masing-masing Kecamatan Cibalong, Pameungpeuk, Cisompet dan Cikelet, berupa distribusi paket peralatan tukang (toolkits), pembangunan hunian sementara (transitional shelter), pelatihan rumah aman gempa (safe construction training), training of trainer (TOT) untuk fasilitator, serta pelatihan dukungan psikologis anak, katanya.
Sekretaris Dinsosnakertrans, Herri. H, SH katakan, agenda kegiatan IOM tersebut berlangsung pada 4-11 Oktober, diantaranya lomba gambar dan menulis, sesi foto keluarga sadar bencana di Pangauban serta Sukanagara, lomba palang merah remaja juga festival keluarga korban bencana. *** (John).
pengalaman dari berbagai institusi, tidak hanya dilaksanakan di Kecamatan Pameungpeuk.
International Organization for Migration (IOM) Indonesia, berobsesi mencerdaskan masyarakat di Kabupaten Garut, Jawa Barat, dalam setiap menghadapi beragam bencana alam.
Sehingga berbagai kegiatan yang digelar lembaga tersebut, termasuk seminar sehari pentingnya pengurangan resiko bencana alam berbasis masyarakat, juga “sharing”
Melainkan secara terencana bisa berlanjut pada wilayah kecamatan lainnya, ungkap Kepala Kantor “IOM” Jawa Barat, Peter Kern kepada Garut News, disela penyelenggaraan seminar hari pentingnya pengurangan resiko bencana alam di hotel termegah Pameungpeuk, Rabu.
Dia senang tingginya respon masyarakat dan mengatakan, masyarakat pun harus membangun kesiapsiagaan bencana, melalui banyak perencanaan serta latihan termasuk simulasi di lapangan, juga mengamati dan menganalisa dokumen visualisasi dampak bencana alam, katanya.
Sementara itu, Ir Gatot Soedrajat, M.Sc dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) berpendapat, sangat diperlukannya kemampuan masyarakat bersama aparat pemerintahan mengelola “manajemen darurat”.
Termasuk jika sewaktu-waktu aktivitas gunungapi Guntur mulai menggeliat, setelah ratusan tahun beristirahat bahkan telah melintasi kurun waktu periode letusannya sejak 1870-an, yang kini sekurangnya 15 juta penduduk Indonesia bermukim sekitar zona bahaya letusan gunungapi.
Mereka tidak mungkin secara serta merta dimukimkan kembali ke lokasi aman, kecuali dievakuasi jika terjadi peringatan dini bahaya gunungapi, termasuk di Kabupaten Garut muntahan batu letusan gunungapi Guntur bisa menjangkau hingga ke gedung Pendopo Kabupaten, katanya.
Dia juga mengingatkan, Kabupaten Garut memiliki banyak kawasan rawan bencana tanah longsor serta banjir lumpur, juga terdapat ancaman gempa bumi dan tsunami, tetapi wilayah ini sangat subur, sehingga diperlukan kemampuan mengelola manajemen darurat, imbuhnya.
Mira Dewi dari “IOM” antara lain katakan, kegiatannya di kabupaten Garut ditargetkan bisa menjadi pilot proyek duplikasi bagi daerah lainnya.
Camat Pameungpeuk, Jujun Juhana, M.Si menyambut antusias serangkaian kegiatan yang diselenggarakan “IOM”, karena bisa membekali pengetahuan serta keterampilan masyarakatnya untuk berperan serta menanggulangi dampak bencana alam, termasuk antisipasi mengurangi resiko bencana.
Ungkapan senada juga mengemuka dari Camat Cisompet, U. Haerudin, S.Sos dan Kepala Bagian Informatika, Dik Dik Hendrajaya, M.Si pada seminar yang dibuka Asisten Administrasi Umum Setda Garut, Arus Sukarna, SH, M.Si.
Output yang diharapkan, antara lain pembuatan dan sosialisasi SOP (Standar Operational Procedure) dan rencana aksi PRB di setiap desa, seperti diingatkan Dik Dik Hendrajaya di daerahnya terdapat sekurangnya 33 titik rawan bencana tanah longsor serta banjir lumpur.
Sehingga diharapkan pula, IOM bisa memperluas wilayah operasional lainnya hingga menjamah seluruh 42 kecamatan di Kabupaten Garut, imbuhnya.
Sedangkan mengurangi resiko bencana dapat dilakukan dengan cara, mengurangi kerentanan, meningkatkan kapasitas/kemampuan serta memberikan dukungan teknis dalam program “Pengurangan Resiko Bencana” (PRB).
Sementara itu Government Liaison Assistant, Kantor IOM Bandung, Lioni Beatrik Tobing mengemukakan, program PRB dilaksanakan pada enam desa tersebar di lima kecamatan, terdiri Desa Cikelet Kecamatan Cikelet, Paas (Pameungpeuk), Karyasari (Cibalong), Depok (Cisompet), Sukanagara (Cisompet) serta Desa Pangauban Kecamatan Cisurupan.
Dia katakan, sebagai respon atas terjadinya bencana gempa bumi di Jawa Barat, IOM juga melaksanakan program dukungan Psikososial dan hunian sementara selama enam bulan (Desember 2009 – Mei 2010) pada empat kecamatan.
Masing-masing Kecamatan Cibalong, Pameungpeuk, Cisompet dan Cikelet, berupa distribusi paket peralatan tukang (toolkits), pembangunan hunian sementara (transitional shelter), pelatihan rumah aman gempa (safe construction training), training of trainer (TOT) untuk fasilitator, serta pelatihan dukungan psikologis anak, katanya.
Sekretaris Dinsosnakertrans, Herri. H, SH katakan, agenda kegiatan IOM tersebut berlangsung pada 4-11 Oktober, diantaranya lomba gambar dan menulis, sesi foto keluarga sadar bencana di Pangauban serta Sukanagara, lomba palang merah remaja juga festival keluarga korban bencana. *** (John).
pengalaman dari berbagai institusi, tidak hanya dilaksanakan di Kecamatan Pameungpeuk.
0 comments:
Posting Komentar