Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga (Sesmenpora) RI, H. Wafid Muharam, MM kepada Garut News menyatakan, Sabtu sangat menyesalkan adanya pelemparan terhadap kaca ruang paling depan SMAN 1 Garut.
Karena semestinya insiden tersebut, tidak perlu terjadi demikian meski kericuhan dalam pertandingan olahraga di tingkat nasional pun kerap berlangsung, namun dari sisi pendidikan hendaknya pihak penyelenggara sebelumnya telah mengantisipasinya.
Selain itu, tidak hanya menonjolkan pentingnya kemenangan melainkan hendaknya juga dapat mengedepankan sportivitas, sebab kalah dan menang dalam pertandingan olahraga sama saja, bagi yang menang jangan cepat puas dan yang kalah jangan berputus asa, katanya.
Penegasan ini, mengemuka menyusul dilangsungkannya kejuaraan futsal, basket ball cherleder, Ikatan Keluarga Alumni (IKA) SMAN 1 Garut pada 14-26 November, yang pada final basket ball putra dimenangkan Tim SMAN 1 Garut saat bertanding dengan SMKN 2 Garut.
Diindikasikan terdapat sporter yang berang dan temperamental atas kekalahan Tim nya, bahkan disinyalir setengah mabuk akibat menenggak minuman keras, sehingga aparat kepolisian pun, semalam suntuk melaksanakan pengamanan di komplek SMAN 1 Garut.
Sekretaris panitia penyelenggara kejuaraan olahraga, Ferry Saleh Fajar, SH saat ditemui Garut News mengemukakan, peristiwa tersebut merupakan gejolak emosional sesaat, yang diharapkan kalangan guru di sekolah masing-masing bisa meredamnya.
Bahkan sebagai indikasi, perlunya pihak orang tua dan guru bekerjasama sebab fenomena tersebut merupakan masalah bersama, menyusul jika ditangani secara yuridis tidak akan membuahkan efek jera maupun tak akan menyelesaikan masalah, katanya pula.
Justru dinamika itu, hendaknya dapat di “manage” serta seluruh stakehorder bisa mengetahuinya, supaya mereka juga berupaya menjadi panutan maupun figur yang dapat dijadikan contoh keteladanan bagi para pelajar.
Masih menurut Ferry Fajar Saleh, saat ini banyak yang kehilangan kepribadian bangsa, yang antara lain bisa diantisipasi dengan menerapkan kembali nilai luhur kearifan lokal, diantaranya saling “asah, asih dan asuh” maupun mengembangkan nilai kebaikan “ucap, laku dan lampah”.
Staf pengajar SMAN 1 Garut, Ayi Dandi, M.Pd berpendapat, lembaga pendidikannya selama ini mengembangkan motto “siap memahami orang lain”, menyusul memahami diri sendiri itu, jauh lebih sulit.
Sedangkan terjadinya insiden pelemparan kaca sekolah, selain merupakan potret dari “trend” saat ini, juga antara lain pengaruh negatip informasi serta lingkungan, sebab selama ini pula anak didik lebih banyak dibesarkan di lingkungannya masing-masing, katanya.
Tetapi hampir berbagai kalangan membantah melalui Garut News, jika kasus pelemparan kaca sekolah akibat kekalahan dalam pertandingan berolahraga, sebagai indikasi potret buram pendidikan di negeri yang bernama Indonesia ini. ***(John).
0 comments:
Posting Komentar