Garut News, ( Kamis, 14/3 ).
Wakil Bupati Garut, Rd. Diky Chandra segera menempuh lintas koordinasi serta solusi konkrit lainnya, dalam penuntasan penanganan sekurangnya 116 penderita gangguan jiwa, yang tersebar pada lima desa di Kecamatan Kersamanah.
Menyusul meski hanya tinggal sekitar sembilan penderita diantaranya, masih berkondisi parah atau belum sembuh (reditasi mental/RM), tetapi 52 penderita lain yang kian berangsur pulih pun dipastikan mereka memerlukan proses pengobatan secara terus menerus selama tiga tahun.
Terlebih lagi penanganan pengobatan penderita yang masih parah, harus kerap didatangi petugas maupun pendampingan dari 26 kader kesehatan di kecamatan tersebut, ungkap Wakil Bupati kepada Garut News, Kamis.
Bahkan belum lama ini, juga dikabarkan terdapat tiga penderita gangguan jiwa dari Kecamatan Kersamanah, yang terpaksa dirujuk ke lokasi rehabilitasi di Cisarua Bandung, katanya.
Sementara itu, warga setempat termasuk Staf Kecamatan Kersamanah, Asep Nasrudin menyatakan, sejak dibentuknya 26 kader kesehatan di wilayahnya pada September 2009, hingga kini sama sekali masih belum mendapatkan pasokan bantuan dana operasional.
Akibat tidak terdapat alokasi dananya di tingkat kecamatan, malahan di tingkat kabupaten pun, mengesankan alokasi dana penanganan kesehatan jiwa belum mendapatkan prioritas yang serius, ujarnya.
Padahal, dari 36 pegawai Puskesmas Sukamerang Kersamanah, hanya 22 berstatus PNS, selebihnya masing-masing seorang berstatus TKK dan PTT serta 12 tenaga kerja sukarelawan, termasuk petugas khusus yang menangani penderita gangguan jiwa.
Kalangan PNS nya setiap pegawai hanya mendapatkan TPP Rp80 ribu/bulan, sedangkan pada SKPD lainnya terdapat setiap pegawai dengan TPP Rp800 ribu/bulan.
Radius operasional wilayah Puskesmas itu, sekitar 10 km2 yang setiap hari dikunjungi 100 – 300 pasien, dengan jenis penyakit yang dominan insfeksi saluran pernapasan akut (Ispa) serta tekanan darah tinggi (hipertensi).
Dari 166 penderita gangguan jiwa, tersebar pada seluruh lima desa, 64 diantaranya disebabkan tekanan ekonomi, selebihnya akibat ditinggal istri bekerja sebagai TKW di luar negeri, genetik maupun keturunan termasuk pernikahan dengan saudara sangat dekat.
Terdapat pula akibat gaya hidup (STEL : Selera Tinggi Ekonomi Lemah), bahkan terdapat penderita akibat pernah sebagai pemakai narkoba.
Usia mereka berkisar Sembilan hingga 72 tahun, empat diantaranya diatas usia 61 tahun, 70 persen berprofesi sebagai petani dan buruh tani, serta profesi bekerja serabutan lainnya, dengan tingkat pendidikan SD hingga perguruan tinggi. ***(John).
0 comments:
Posting Komentar