Garut News, ( Sabtu, 12/3 ).
Para pengrajin kain tenun sutera alam di Kabupaten Garut, Jawa Barat, masih tergantung pasokan bahan baku dari negeri tirai bambu Cina, menyusul langkanya petani setempat yang selama ini mengembangbiakan ulat sutera.
Padahal pemenuhan kebutuhan bahan baku tersebut, sangat banyak bahkan kerap tidak bisa memenuhi permintaan kain tenun sutera alam, yang dipesan dari luar negeri, ungkap beberapa pengrajin termasuk dari Kecamatan Kadungora, Amin Iskandar kepada Garut News, Sabtu.
Menurut dia, potensi pengembangbiakan ulat sutera di wilayahnya masih berlimpah dan terbuka luas, jika dimanfaatkan semaksimal mungkin, katanya.
Ungkapan keprihatinan itu, juga sempat disampaikan langsung kepada istri Wakil Gubernur Jabar, Ny. Sendy Dede Yusuf, saat menyosialisasikan Jejaring Pecinta Tenun Jawa Barat (Jentera) di Garut, belum lama ini, yang juga dihadiri Hj. Nurrohimah Fikri dan Ny. Rani.
Plt. Kepala Disperindag, Koperasi dan UKM Garut, H. Tjutju Rachmat mengemukakan pula, kebun murbei Cipamatuh yang di kelola Dishut Provinsi Jabar di Garut Selatan, telah mengalami kehancuran.
Sehingga bahan baku diperoleh dari Bogor, yang juga banyak mengalami tersendat, maka otomatis banyak beralih memanfaatkan bahan baku dari Negeri Cina.
Namun untuk mengurangi ketergantungan dari negara lain, dia berharap Pemprov Jabar bisa mengembangkan kembali budidaya pohon murbei.
Menyusul industri kain tenun sutera alam di Kabupaten Garut, merupakan salah satu identitas maupun menjadi ciri khas tersendiri, sejak jaman dahulu secara turun temurun, katanya.
Sementara itu, Ny. Sendy mengatakan, penyelenggaraan sosialisasi ini antara lain dimaksudkan agar para pengrajin, khususnya batik Garutan dan kain sutera alam bisa menggeliat kembali.
Sedangkan Ny. Rani Diki Chandra mengharapkan, supaya Jentera bisa mengadakan pelatihan para remaja, guna menjaga kontinuitas produk pengrajin kain sutera dan batik Garutan, sebab selama ini produksinya masih banyak di lakukan orang tua lanjut usia. ***(John).
0 comments:
Posting Komentar